Timika (suaramimika.com) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mimika, meluncurkan sebuah gerakan penting bagi para calon ibu.
Melalui Gerakan Ibu Hamil (Bumil) Sehat, Dinkes Mimika berupaya untuk menekan angka stunting, meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Gerakan Bumil sehat pertama kali digelar secara terintegrasi di Puskesmas Timika, dan Puskesmas Timika Jaya, SP2, Jumat (5/12/2025).
Gerakan ini menghadirkan rangkaian layanan kesehatan, dan edukasi yang menyasar ratusan Bumil.
Penanggung jawab Promosi Kesehatan Dinkes Mimika, Mariance Aruan, mengatakan, gerakan Bumil sehat adalah sebuah upaya edukatif dan preventif agar ibu hamil memahami pentingnya menjaga kesehatan selama masa kehamilan.
“Ibu hamil minimal harus melakukan enam kali pemeriksaan kehamilan serta dua kali USG, yaitu pada trimester pertama dan ketiga,” ujar Mariance.
Sampai saat ini, kata Mariance, masih banyak ibu hamil yang belum memahami pentingnya pemeriksaan rutin sehingga rawan mengalami risiko kesehatan yang dapat berdampak pada ibu maupun janin.
Bumil lanjutnya, disarankan untuk dapat mengikuti kelas ibu hamil dan wajib mengonsumsi tablet tambah darah untuk mencegah anemia.
Penyakit anemia pada ibu hamil, kata Mariance, dapat memicu perdarahan saat persalinan. Selain itu, pada bayi, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah dan mempengaruhi tumbuh kembang yang berujung pada risiko stunting.
“Semua ini bagian dari upaya kita menekan angka stunting dan mendukung program nasional menuju generasi emas,” tambahnya.
Dinkes Mimika juga menegaskan pentingnya persalinan di fasilitas kesehatan agar ibu mendapatkan pertolongan medis yang aman.
Mariance berharap edukasi berkelanjutan dapat meningkatkan kesadaran ibu hamil akan risiko yang mungkin terjadi selama kehamilan walaupun sampai hari ini masih ada yang memilih bantuan dukun untuk melahirkan.
Kegiatan ini merupakan aksi pertama Dinkes dalam format terintegrasi, meski program seperti senam ibu hamil dan pemeriksaan rutin sebenarnya sudah berjalan sebelumnya.
Sementara itu, dokter konsultan rekonstruksi, dr. Manu Mahendra, menuturkan bahwa program ini, mendukung langkah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mencegah stunting.
Ia menekankan pentingnya kecukupan gizi selama kehamilan, karena berdampak langsung pada kecerdasan anak di masa depan.
“Penurunan gizi sedikit saja bisa berpengaruh besar. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan satu standar deviasi saja dapat menurunkan capaian pendidikan anak hingga hanya mampu menamatkan SMP,” jelasnya.
Manu juga berencana menambahkan pemeriksaan yang tidak hanya berfokus pada kondisi janin, tetapi juga kesehatan organ reproduksi ibu pasca persalinan.
Pemeriksaan organ reproduksi ini bertujuan agar ibu hamil terhindar dari kerusakan akibat proses melahirkan.
“Saya berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara rutin, mengingat pemerintah saat ini memprioritaskan program kesehatan ibu dan anak, khususnya di wilayah Indonesia Timur,” pungkas dr. Manu. (Sitha)


























