Timika (suaramimika.com) – Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP), milik Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) selaku Pengelola Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia, meluncuran Modul Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) Integrasi Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua, pada Senin (6/10/2025).
Peluncuran modul SPBA dilakukan usai pelaksanaan upacara bendera di lapangan SATP yang dipimpin oleh Plt. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mimika, Agustina Rahaded, S.Sos.M.Si.
Kepala SATP, Sonianto Kuddi mengatakan, sesuai dengan visi dan misi SATP untuk menjadi institusi yang unggul dan tanggap, maka dilakukan peluncurkan modul SPBA.
Kata Sonianto modul inia dalah hasil dari integrasi kurikulum tanggap bencana, dan kurikulum nasional dalam bingkai Kurikulum Berbasis Kehidupan Kontekstual Papua.
“Jadi, anak-anak harus tanggap terhadap bencana, dan migitasi bencana. Hal ini sesuai dengan semangat dari visi misi SATP, untuk membangun manusia Papua secara utuh,”ujarnya.
Selanjutnya, sesuai juga dengan semangat kurikulum merdeka, untuk menjalankan program ini, SATP harus bermitra dengan lembaga terkait agar mendirikan pembelajaran pembelajaran yang bermakna dan berarti bagi anak-anak.
Sementara itu Ketua Satgas Tanggap Darurat SATP, Elpianus Paat menjelaskan, jika anak-anak SATP memiliki kemampuan psikomotorik dan kenestetik yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan lain.
Dalam modul SPBA ini kata Elpianus, paling banyak disusun praktek atau simulasi penanggulangan bencana dan teori pada akhir pembelajaran.
Ketika anak-anak mengkonstruksi kegiatan sehari-hari, maka terbentuklah teori dan pengetahuan yang secara nyata dan juga membangun karakternya.
“Jadi, dalam modul tidak banyak teori. Mereka langsung melakukan simulasi bersama dengan guru, pendamping, kolaborasi antar kelas bahkan dilakukan menyeluruh,”ungkapnya.
Adapun isi materi dalam modul SPBA terdiri dari tiga bagian yakni modul untuk kelas kecil (Kelas 1 sampai 3 SD), kelas besar (Kelas 4 sampai 6 SD), dan jenjang SMP (Kelas 7 sampai 9).
“Modul kurang lebih berkaitan dengan migitasi bencana. Bagaimana kita menghadapi banjir, kebakaran, gempa dan longsor. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu selama satu jam pembelajaran, “jelas Elpianus.
Sementara itu, Plt. Kepala BPBD Mimika, Agustina Rahaded,S.Sos.M.Si menjelaskan jika letak geografis Negara Republik Indonesia, berada di wilayah Ring Of Fire atau Cincin Api Pasifik.
Demikian juga di tanah Papua, aktivitas lempeng Indo – Australia dibagian selatan dan lempeng pasifik di bagian utara timur laut, menyebabkan pulau Papua secara umum akan selalu rentan mengalami pergeseran secara tektonik.
“Posisi seperti ini membuat kita rentan terhadap berbagai jenis bencana, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, longsor, banjir dan lain-lain. Oleh karena itu pemerintah melalui berbagai program penanggulangan bencana, selalu melakukan tindakan mitigasi dan kesiapsiagaan guna mengurangi resiko dan dampak dari bencana itu sendiri,”urai Agustina.
Dalam penilaian pemerintah khusus untuk SATP, BPBD sudah empat melaksanakan mitigasi bencana lewat sosialisasi di sekolah baik di asrama putra dan putri, maupun di dapur yang melayani makan minum bagi siswa dan siswi asrama Taruna Papua.
Pengenalan jenis-jenis bencana dan tingkat ancaman di Kabupaten Mimika, juga telah dijelaskan bagi para pembina dan staf dewan guru yang ada di SATP. Kemudian di lanjutkan dengan simulasi, tentang gempa dan kebakaran.
Dari simulasi yang telah dilakukan, pemerintah telah mengeluarkan rekomendasi sebagai tindak lanjut dari temuan dalam simulasi.
Rekomendasi dimaksud untuk memperbaiki infrastruktur pendukung bila terjadi bencana, seperti jalur evakuasi, penambahan pintu darurat, sirine di setiap ruangan, Penambahan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) serta pengecekan secara berkala.
“Saya perlu tegaskan bahwa APAR yang digunakan, di setiap ruangan harus berstandar SNI. Kemudian khusus tentang ruang dapur, harus di desain sedemikian rupa sehingga ada sirkulasi udara yang cukup. Sehingga suhu di dapur, bisa terjaga dengan baik,”bebernya.
Lanjutnya, untuk membangun kesadaran bersama untuk mengatasi bencana tidak bisa dikerjakan sendiri oleh BPBD, tetapi butuh kerja sama dari semua pihak. Terutama kesadaran untuk mengatasi bencana harus dimulai sejak usia dini,”kata Agustina.
Ia menambahkan, pemerintah memberikan apresiasi yang luar biasa kepada manejemen SATP yang telah memasukan pelajaran kebencanaan pada Pendidikan Muatan Lokal (Mulok) di sekolah.
Hal ini ungkapnya, sangat penting agar peserta didik bisa di bekali dengan pengetahuan dasar tentang jenis-jenis bencana, tingkat ancamannya, cara pencegahannya, bahkan sampai pada tahap penyelamatan atau evakuasi.
“Kita berharap ketika Pendidikan Kebencanaan di terapkan di sekolah, setiap peserta didik dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan mampu mengurangi resiko bencana. Tetapi juga hal yang paling penting adalah membentuk karakter yang tangguh, setiap peserta didik bisa menjadi pelopor yang tangguh dalam menghadapi bencana,”paparnya.
Agustina menyebut Pemerintah Kabupaten Mimika melalui BPBD, terus mendorong berbagai sektor, elemen masyarakat, organisasi penguyuban, LSM, sektor swasta, termasuk lembaga pendidikan. Agar sama-sama bergandeng tangan, dalam menghadapi bencana.
“Atas nama pemerintah daerah Kabupaten Mimika, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada manejemen SATP, atas langkah mitigasi yang di ambil dalam hal penanggulangan bencana di sekolah. Semoga setiap pelajaran kebencanaan yang akan diajarkan di sekolah menjadi bekal yang berarti bagi anak-anak didik. Agar kelak mereka bisa menjadi anak-anak yang tangguh, dalam menghadapi berbagai ancaman bencana yang ada,”pungkas Agustina. (Sitha)



















